Nov 1, 2017

Asal Usul Hari Kebersihan Menstruasi Sedunia

Asal Usul Hari Kebersihan Menstruasi Sedunia

Image source: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0hsRQbfuWqPXlsNB7jxCbwO0h1kcKNVDvxsm0geRTOR3Vi6pnEFNhpiThjEIs3CEEUypngJ19bzUq9iPNQ1CrAVQsFxfyYLsiqB3PLR0YnxWLFM6_gD_Zgo3vwlf_lAKBw3-htFSOfsEt/s1600/Kempen+1.jpg

Liputan6.com, Jakarta Setiap 28 Mei diperingati sebagai Hari Kebersihan Menstruasi Sedunia. Kemungkinan, sebagian besar warga tidak mengetahui atau bahkan belum pernah mendengar peringatan hari terkait menstruasi tersebut. 

Menurut Direktur Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan, Eni Gustina, tanggal 28 Mei dipilih sebagai Hari Kebersihan Menstruasi Sedunia tidak lepas dari keterangan perihal menstruasi.

"Rata-rata perempuan menstruasi bareng interval sekitar 28 hari sekali. Lalu, rata-rata lama menstruasi lima hari (lima diasosiasikan bareng Mei). Sehingga setiap tahun diperingati pada 28 Mei," istilah Eni.

Peringatan Hari Kebersihan Menstruasi Sedunia jadi ajang edukasi pada warga perihal pentingnya menjaga kebersihan selama menstruasi. Eni memaparkan poly anak perempuan tidak memiliki pemahaman yang sempurna bahwa menstruasi artinya proses biologis yang normal. Sayang, mereka justru baru mengenalnya pada waktu menarke alias waktu pertama kali mengalami menstruasi.

Tak cuma itu, beberapa anak perempuan cenderung menarik diri waktu menstruasi. Hal ini menciptakan 11 persen peserta didik mereka merasa menstruasi berdampak signifikan pada kegiatan sosial sesuai data dari Burnet Institute Australia.

"Banyak anak yang masih menciptakan malu, stress, & cemas andai saja peserta didik lain tahu beliau sedang menstruasi. Nah, kalau ditahan tidak mengganti pembalut selama pada sekolah mampu menciptakan infeksi," celoteh Eni dalam temu media Hari Kebersihan Menstruasi Sedunia pada Kantor Kementerian Kesehatan ditulis Minggu (28/lima/2017).

Bahaya yang mampu terjadi jika jarang mengganti pembalut serta tidak membersihkan bagian vagina & sekitarnya dari darah artinya infeksi saluran kencing, infeksi saluran reproduksi, & iritasi kulit.

Tak cuma tekanan sosial, fasilitas sanitasi pada sekolah yang tidak memadai kerap menciptakan siswi enggan mengganti pembalut. "Misalnya toilet yang tidak bersih. Lalu gelap atau remang-remang. Tidak tersedia air bersih. Itu mampu menciptakan siswi mengurungkan niatnya mengganti pembalut," istilah Eni lagi.

Kepala Bagian Umum & Kepegawaian Setditjen Dikdasmen Kemendikbud RI, Jananantari, berkata pihaknya telah mencoba menaikkan wahana & prasarana toilet bersih pada SD-SMA terutama pada Indonesia bagian timur.

"Kami Kemendikbud mencoba dari sisi wahana dana prasarana membangun toilet jamban yang terpisah antara laki-laki & perempuan. Ini kita lakukan ke arah Indonesia bagian timur, alasannya adalah pada Jawa & sekitarnya kemungkinan sudah bagus," papar Jananantari pada kesempatan yang sama.

Jadi, pastikan waktu menstruasi buat rutin mengganti pembalut paling lama enam jam sekali. Lalu, bersihkan juga area vagina dari darah sehingga organ intim tetap bersih & jauh dari risiko infeksi.