Nov 14, 2017

Karena Menstruasi, Gadis Nepal Ini Diasingkan dan Akhirnya Tewas

Karena Menstruasi, Gadis

Image source: http://images.harianjogja.com/2017/02/Sari-saat-bermain-di-dekat-rumah-Jefta-Images-Bacroft-Images.jpg

Liputan6.com, Kathmandu - Polisi Nepal menginvestigasi kematian gadis 15 tahun. Sebelumnya, korban diasingkan ke gudang berventilasi buruk alasannya ia sedang haid. Aparat menyebutkan, gadis itu tercekik asap perapian yg ia nyalakan supaya tubuhnya tetap hangat.

Seperti dikutip asal BBC, Rabu (21/12/2016), jasad Roshani Tiruwa ditemukan sang ayahnya akhir pekan kemudian dalam sebuah pondok yg dibentuk asal batu & lumpur dalam Desa Gajra, Distrik Achham, 440 kilometer dalam barat Kathmandu.

Berdasarkan praktik antik, chhaupadi, wanita yg sedang menstruasi atau baru melahirkan dikenal sebagai 'kotor' & wajib diasingkan. Praktik tadi sudah dilarang sang pemerintah Nepal dalam 2005, tetapi masih dilakukan dalam desa-desa terpencil.

Masyarakat dalam sana yakin, mereka akan mengalami kemalangan mirip tragedi alam seandainya timbul wanita yg sedang haid atau nifas hidup dalam antara mereka.

Saat diasingkan, para wanita tak boleh makan makanan yg biasa mereka asup. Minum susu maupun terlarang.

Dalam sejumlah persoalan, para wanita & gadis berbagi tempat bernaung menggunakan fauna ternak lengkap menggunakan kotoran mereka -- dalam gubuk atau sangkar yg letaknya jauh asal desa.

Mereka yg diasingkan kerap mengigil dalam isu terkini dingin & tersengat terik dalam isu terkini panas. Sejumlah korban bahkan mengalami sakit fisik & mental akibatnya.

Sejumlah kritikus menyebutkan, pemerintah belum berbuat banyak untuk menghapuskan praktik tadi, maupun untuk mencegah pernikahan dini dalam kalangan bocah bau kencur.

Sementara, pemerintah menyebutkan, sulit untuk mencegah pelanggaran tadi alasannya terlanjur tertanam dalam budaya lokal.

Praktik Kuno

Chhaupadi mengatur apa yg boleh dimakan seseorang wanita, dalam mana ia bisa tidur, menggunakan siapa ia boleh berinteraksi, ke mana ia bisa balik , & siapa saja yg boleh disentuhnya.

Mereka yg haid atau nifas masuk ke rumahnya, dilarang mengolah, menyentuh orangtuanya, balik  ke kuil atau sekolah, atau makan apapun kecuali roti atau nasi yg diasinkan.

Konon, mereka yg melanggarnya bisa membawa kemalangan bahkan kematian bagi keluarganya.

Tak hanya itu, diyakini, seandainya ia menyentuh flora, maka flora itu akan layu; seandainya ia menimba air maka sumur akan kemarau; & seandainya ia memetik buah maka buah itu tak akan matang.

Chhaupadi -- atau yg diterjemahkan sebagai 'makhluk yg tak boleh disentuh' sudah dipraktikkan selama berabad-abad dalam Nepal, maupun sebagian India & Bangladesh.

Meski sudah dilarang lewat keputusan Mahkamah Agung dalam 2005, praktik tadi masih dilakukan dalam bagian barat Nepal, dalam mana laju pembangunan, tingkat pendidikan, & kesetaraan gender masih rendah.

Radha Paudel, kepala organisasi akar rumput Action Works Nepal (Awon) menyebutkan, 95 persen anak gadis & wanita Nepal dalam tempat tengah hingga Barat sebagai korban asal praktik chhaupadi. Kebanyakan diasingkan dalam sangkar sapi.

Sementara, dalam wilayah Kathmandu, dalam mana harga tanah teramat mahal & warga tak mungkin punya sangkar ternak, pihak famili akan menyewa kamar supaya wanita yg sedang datang bulan atau nifas bisa tinggal terpisah.

Chhaupadi terkait menggunakan gangguan psikologis & fisik yg dialami kaum hawa -- sehingga. Riset Awon menemukan bahwa 77 persen wanita merasa terhina selama menstruasi, & 2 pertiga asal responden mengaku kesepian & ketakutan tinggal dalam sangkar sapi.

Laporan PBB menambah sisi gelap chhaupadi. Praktik tadi bisa mengakibatkan diare, pneumonia, penyakit pernapasan, bahaya agresi ular, fauna liar, & pria mabuk. Juga berpotensi memicu kejadian pelecehan & pelecehan seksual.

Pengasingan maupun berkorelasi menggunakan tingginya nomor kematian mak & bayi yg baru lahir, termasuk dalam Nepal.