Nov 23, 2017

Obat Batuk Bukan Bikin Sembuh, Tetapi Malah 'Fly'

[caption id="attachment_340374" align="aligncenter" width="590" caption="Ilustrasi/ Kompasiana (kompas.com)"][/caption]

BPOM menarik obat yang mengandung dekstometorfan tunggal, termasuk kepada obat batuk hingga akhir Juni 2014. Dekstometorfan kepada obat batuk dipakai untuk mempengaruhi susunan syaraf dalam meringankan batuk yang tidak berdahak.

Dari daftar yang dikeluarkan sang BPOM, banyak terdapat obat sediaan tunggal yang ditarik dengan nama dekstometorfan, tetapi banyak juga yang diketahui masyarakat sebagai obat batuk umum, ternyata mengandung dekstometorfan tunggal. Diantaranya ialah obat batuk Vicks Formula 44 DT, Komix DT, Bisolvon antitusif, Metadex, Siladex, dst. Daftarnya bisa lihat disini.

Alasan BPOM menarik obat-obat tadi karena beberapa tahun ini terdapat laporan penyalahgunaan obat dekstometorfan untuk 'fly',  karena dalam takaran akbar bisa menyebabkan imbas euforia, halusinasi penglihatan dan pendengaran. Kemudian terjadi imbas lain berupa kelelahan, bicara rancu, hipertensi, mata melotot.

Yang mengerikan, BPOM mengungkapkan bahwa penyalahgunaan obat ini kepada anak-anak dan remaja agak memprihatinkan. Anak-anak? Remaja? Terjadi bertahun-tahun? Mengapa baru sekarang ditarik? Padahal Badan Narkotika (BNN) sudah mengungkapkan sejak 3 tahun lalu, penyalahgunaan sang remaja dan mahasiwa mencapai 9,7%.

Apalagi kepada tahun 2008 sebenarnya WHO (World Health Organization) sudah menyatakan bahwa obat ini sebagai obat tidak aman dan mengkhawatirkan. Ok deh, kepada akhirnya BPOM pun menarik obat ini. Tetapi mengapa diberi ketika hingga akhir Juni 2014 kepada publik? Bukankah ini malah memicu para pengguna dan pemakai obat ini dengan tujuan 'fly' untuk membeli sebanyak-banyaknya sebelumnya betul-betul ditarik?

Pasar obat bebas (OTC atau over the counter, bisa dibeli bebas tanpa resep dokter) memang tumbuh agak tinggi kepada Indonesia, yaitu 8,6% atau senilai Rp 6,3 Trilyun. Dan obat yang paling banyak dikonsumsi ialah vitamin (56%), kemudian disusul obat batuk, sebesar 22% atau senilai Rp 1,4 Trilyun. Dan kontribusi pembelian obat batuk bebas ini kebanyakan ialah kelas bawah sebesar 43% dan kelas menengah sebesar 30%.

Ini berarti, batuk merupakan penyakit yang umum diderita sang masyarakat. Maklum, polusi asap kenderaan juga asap rokok demikian pekat kepada negara ini. Kurang minum, kurang makan buah, atau makan yang terlalu berminyak juga suka memicu batuk.

Padahal, kalau menurut dokter sepuh, dokter famili ponakan saya (tadinya dokter famili bapaknya), batuk biasa sebenarnya gak perlu diobati. Cukup bangun pagi, keluar tempat tinggal menghirup udara segar sambil olahraga. Kemudian berjemur kepada mentari pagi, maka badan akan segar dan sehat. Makanya para ponakan saya tidak ada yang minum obat batuk. Nanti juga sembuh sendiri. Tentu saja ini bukan batuk TBC, kalau ini mah pengobatannya malah bukan dengan obat bebas, tetapi terapi khusus ke dokter.

Yang krusial, kritislah sebelum membeli obat bebas yang penuh dengan bahan kimia. Baca komposisinya. Yang ditarik sang BPOM ialah sediaan tunggal, tetapi ternyata yang campurannya tidak ditarik. Padahal banyak obat batuk yang salah satu bahan campurannya juga dekstometorfan ini. Sayangi ginjal, hati jikalau terlalu dibebani dengan obat kimia terlalu acapkali.

Ya sudah, gitu aja. Salam Kompasiana!
Obat Batuk Bukan Bikin Sembuh, Tetapi Malah 'Fly'

Image source: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjV9xiM9Pxp5gW8Doml32Ofg8aa3VMrlyInC3qkwuKSVPF3Z6cwtzq0kyLjPBQ3ANsKT5F9gTcveMw6fSVT5oH2iERqg4_D9R06JdQpmitW0IbI53o_VIlpwD4EXKkW2UjtrzFlKT7rcyBI/s640/30+HARI+JAGO+JUALAN+TEKNIK.jpg