Menurut menurut seorang warga yg kenal dengan beberapa pemuda itu, mereka memang suka mabuk, tapi bukan sebab menenggak cairan yg mengandung alkohol atau Miras. Mereka mabuk sebab setelah meminum obat, bukan sejenis obat koplo.
Para pemuda itu untuk memperoleh imbas mabuk adalah dengan meminum jenis obat-obatan yg sebetulnya diperuntukkan bagi penyakit dalam.
Untuk memperoleh imbas mabuk, atau kondisi trance, para pemuda itu meminum obat untuk batuk, yakni dextrometorphan (dextro), & sejenis penyakit tulang yg biasa disebut dengan Zenith.
Dalam dosis pribadi (tentu saja over dosis), dextro bisa menyebabkan imbas mabu & trance bagi penggunanya. Begitupun dengan penggunaan Zenith. Dan acapkali mereka mencampur ke 2 jenis obat tersebut sekaligus.
Untuk membeli jenis obat sejenis ecstacy, disamping harganya yg mahal, sulit memperolehnya, juga mengingat hukumannya yg nisbi berat apabila tertangkap polisi. Maka mereka memilih alternatif menggunakan obat-obatan yg termasuk bebas diperjual belikan di berbagai toko obat & apotik itu. Harganya murah & terjangkau oleh kocek para pemuda yg kebanyakan pengangguran itu. Dengan hanya Rp 5 ribu, bisa memperoleh 20 butir Dextro, atau 10 butir Zenith, yg bila diminum sekaligus menurut mereka seolah sedang berada di alam lain.
Dengan nisbi banyaknya para pengguna ke 2 jenis obat-obatan tersebut di daerahku, untuk keperluan diluar fungsinya, terdapat nisbi banyak juga penjual atau pengedarnya. Menurut beberapa orang penjual & pengedarnya, keuntungan dari berdagang Dextro & Zenith, lumayan. Mereka biasanya membelinya dari toko obat atau apotik dalam bks botol atau keping, lalu dijual dengan hitungan butir.
Para pengguna ke 2 jenis obat-obatan tersebut tampaknya tidak sebatas para pemuda pengangguran, tapi sudah merambah ke kalangan pelajar. Tak sedikit dari para pelajar yg ikut-ikutan sebagai pengguna, sebab harganya yg nisbi murah & terjangkau itu.
Selama ini meski acapkali pihak kepolisian setempat melakukan penertiban terhadap peredaran, penjualan & penggunaan Dextro & Zenith untuk keperluan mabuk & trance, tetapi pihak kepolisian selalu terbentur kepada aturan yg menurut mereka kurang terang sanksinya. Mereka yg tertangkap terkait penyalahgunaan ke 2 jenis obat-obatan tersebut hanya diberi pengarahan, kemudian dilepas, & mereka balik seperti semula permanen mengedar, berjualan & menggunakannya secara sembunyi-sembunyi layaknya pelaku pskotropika.
Image source: http://www.1health.id/assets/uploads/500x380/pri_1428913478.jpg
