Apr 5, 2017

Cerita menjalani puasa Ramadan Di Negara Hongaria

Menjalani ibadah puasa Ramadan pada negara dengan umat muslim yg minoritas memang bukan kasus mudah. Apalagi waktu bulan Ramadan jatuh di isu terkini panas di mana surya betah berlama-lama   sebagai akibatnya menyisakan malam hanya beberapa jam saja.

Selain suhu udara bisa mencapai 40 derajat celcius, ketika berpuasa pada ekspresi dominan panas menjadi lebih lama  , kurang lebih 18 jam.

Akibatnya jadwal salat Isya pun jatuh mendekati tengah malam membuat waktu salat tarawih & ketika sahur hanya berselang 1-2 jam saja. Mau tak mau jadwal tidur malam pun berganti menjadi sehabis salat Subuh. Berikut ini cerita menurut masyarakat negara Indonesia Adhitia Feryana Suzanthi, yang tinggal di Budapest, Hongaria bersama oleh suami tercinta Balint Barbocz.

Bulan Ramadan tahun 2013 kali ini merupakan Ramadan ketiga aku  pada Budapest, mak   kota Hongaria, sebuah negara kecil pada tengah-tengah benua Eropa. Islam pada Hongaria merupakan bagian menurut sejarah panjang negara ini. Salah satunya lantaran pernah menjadi daerah kekuasaan Turki Ottoman selama lebih menurut 150 tahun (1541-1699). Sayangnya, tidak terdapat lagi jejak Islam yg signifikan tertinggal pada sini.



Populasi umat Islam di Hongaria yang hanya berjumlah kurang lebih 60.000 orang menurut total 10 juta penduduk menjadikan Islam menjadi sesuatu yang asing bagi masyarakat Hongaria saat ini. Saya telah terbiasa menerima tatapan aneh dari orangorang lantaran mengenakan jilbab. Jadi mampu dibayangkan tanggapan mereka mengetahui umat Islam wajib  berpuasa sebulan penuh apalagi di ekspresi dominan panas.

Berpuasa buat tidak makan masih mampu diterima tapi tidak minum? ucap seseorang sahabat sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Puasa Ramadan hanya buat orang Arab, tidak cocok buat kita di Hongaria, tambahnya lagi. Maklum pada sini orang mengindentikkan Islam lebih kepada adat dan istiadat Timur Tengah daripada sebuah kepercayaan  yg universal.

Lain lagi ceritanya ketika aku  diundang makan malam di tempat tinggal   salah  seseorang sanak keluarga. Sang tuan rumah berkali-kali menyibakkan tirai ventilasi, lalu dia berkata, Lihat surya telah tidak terlihat lagi, apakah engkau  sudah sanggup makan kini  ? Padahal waktu itu keadaan masih terang benderang lantaran matahari hanya tertutup awan dan ketika berbuka masih sekitar setengah jam lagi.

Tahun pertama aku  berpuasa di Budapest terasa lebih berat karena waktunya yg lebih panjang & suasana Ramadan nir terasa sama sekali. Mayoritas teman-teman saya ketika itu tidak ada yang berpuasa. Semua berjalan seperti hari-hari biasa. Justru pada situlah tantangan terberat buat permanen menjalankan ibadah sebagai seseorang muslim minoritas. Dengan berjalannya ketika, saya mulai mengenal banyak umat Islam dan beberapa komunitas Islam pada Hongaria. Hal ini membantu aku  menjalani Ramadan di Hongaria sebagai lebih ringan.

Sejauh yg saya memahami terdapat sekitar lima masjid di Budapest, dan tiga pada antaranya sering saya kunjungi selama Ramadan. Setiap hari di masjid-masjid tersebut selalu disediakan kuliner berbuka puasa. Susu & kurma merupakan kombinasi yg biasa dihidangkan menjadi takjil.

Setelah salat Magrib berjamaah, mengikuti kebiasaan makan orang Hongaria, sajian berbuka puasa selalu diawali oleh sup lalu barulah makanan berat dan buah-buahan menjadi epilog dihidangkan. Tidak ketinggalan Kedutaan Republik Indonesia pada Budapest pun menyelenggarakan buka puasa bersama rutin setiap hari Jumat bagi warga  Indonesia.

Hal ini sebagai wadah berkumpulnya warga  Indonesia pada Budapest, yang jumlahnya tidak seberapa, waktu Ramadan dan pengobat rindu akan masakan indonesia.

Yang menarik selesainya saya perhatikan ada disparitas jadwal salat di tiap-tiap masjid. Terutama untuk salat Isya dan Subuh. Perbedaannya bisa sampai setengah jam lebih. Mungkin karena perhitungan yg mereka pakai bhineka. Tentu saja aku  memilih buat salat tarawih di masjid yg memiliki jadwal salat Isya lebih cepat. Selain tarawihnya selesai lebih cepat kami pun mampu pulang nir terlalu malam. Tapi sayang nir ada perbedaan waktu yang signifikan pada hal azan Magrib.